A. PENGERTIAN
Penyesuaian diri
dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal
adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari
tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri
sebagai usaha penguasaan (mastery) .Pada mulanya penyesuaian
diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada
umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau
biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah
dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Menurut
Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni
pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan,
depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan
kurang efisien bisa dikikis.
Ali dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian
diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon
mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi
kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk
menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu
dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.
B. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Menurut
Sunarto dan Hartono (1995) terdapat bentuk-bentuk dari penyesuaian diri, yaitu:
1.
Penyesuaian diri positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
- Tidak adanya ketegangan emosional.
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
- Mampu dalam belajar.
- Menghargai pengalaman.
- Bersikap realistik dan objektif.
Dalam
melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk, antara lain:
- Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung. Individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya. Misalnya seorang siswa yang terlambat dalam menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya kepada guru.
- Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan). Individu mencari bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misal seorang siswa yang merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan sebagainya.
- Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba. Individu melakukan suatu tindakan coba-coba, jika menguntungkan diteruskan dan jika gagal tidak diteruskan.
C. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu:
- Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu berusaha untuk
mempertahankan diri, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus
reaksi ini antara lain:
- Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.
- Represi, yaitu berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis.
- Proyeksi, yaitu melempar sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.
- Sour grapes (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik, mengatakan bahwa mesin tik-nya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.
- Reaksi menyerang (aggressive reaction)
Reaksi-reaksi
menyerang nampak dalam tingkah laku : selalu membenarkan diri sendiri, mau
berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki segalanya, bersikap senang
mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan,
menunjukkkan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukkan sikap menyerang dan
merusak, keras kepala dalam perbuatannya, bersikap balas dendam, memperkosa hak
orang lain, tindakan yang serampangan, marah secara sadis.
- Reaksi melarikan diri (escape reaction)
Reaksi
melarikan diri, nampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, yaitu memuaskan
keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan, banyak tidur,
minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi
yaitu kembali kepada tingkah laku yang tipis pada tingkat perkembangan yang
lebih awal, misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak
kecil, dan lain-lain.
PERTUMBUHAN
PERSONAL
A.
Pengertian pertumbuhan personal :
Manusia merupakan makhluk
individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat
spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti
bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan
yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian
serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak
sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi
sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami
pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal itu membutuhkan proses yang
sangat panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya terutama lingkungan
keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat
dan kita lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti
menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan
mempengaruhi dalam pertumbuhan individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga,
tapi dalam lingkup masyarakat pun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan
hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Dengan adanya naluri yang
dimiliki suatu individu, dimana ketika dapat melihat lingkungan di sekitarnya
maka secara tidak langsung maka individu akan menilai hal-hal di sekitarnya
apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di
dalam masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang berlaku maka
ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam
kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang disiplin
yang menerapkan aturan-aturan yang tegas maka lama-kelamaan pasti akan
mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang disiplin,
begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup
keluarga yang religius maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang
religius.
Terjadinya perubahan pada seseorang
secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dari pengalamaan atau empire luar
melalui panca indra yang menimbulkan pengalaman dalam mengenai keadaan batin
sendiri yang menimblkan reflexions.
B. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu:
1. Faktor Biologis
Semua manusia normal dan sehat pasti
memiliki anggota tubuh yang utuh seperti kepala, tangan , kaki dan lainya. Hal
ini dapat menjelaskan bahwa beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku.
Namun ada warisan biologis yang bersifat khusus. Artinya, setiap individu tidak
semua ada yang memiliki karakteristik fisik yang sama.
2. Faktor
Geografis
Setiap lingkungan fisik yang baik
akan membawa kebaikan pula pada penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan
antar individu bisa berjalan dengan baik dan mencimbulkan kepribadian setiap
individu yang baik juga. Namun jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak
adanya hubungan baik dengan individu yang lain, maka akan tercipta suatu
keadaan yang tidak baik pula.
3. Faktor
Kebudayaan Khusus
Perbedaan kebuadayaan dapat
mempengaruhi kepribadian anggotanya. Namun, tidak berarti semua individu yang
ada didalam masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama juga memiliki
kepribadian yang sama juga.
Dari semua faktor-faktor di
atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka
akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu.
*Aliran
asosiasi
perubahan
terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri
(kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan)
maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion.
*Psikologi
gestalt
pertumbuhan
adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal
sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari
lingkungan yang ada.
*Aliran
sosiologi
Pertumbuhan
adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial
maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
Pertumbuhan
individu sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi
individu yang baik dan berguna untuk sesamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta
didik. Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo.Kartono, K. (2000). Hygiene mental. Bandung: Mandar Maju.
Hariyadi, Sugeng dkk. (1998). Perkembangan peserta didik. Cetakan ke 3. Semarang: IKIP Semarang Press.
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksar
Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia