Kamis, 14 Maret 2013

Tugas Kesehatan Mental 1



A.    Konsep Sehat

            Konsep sehat dan kesehatan merupakan dua hal yang hampir sama tapi berbeda. Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Sementara menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
            Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengembangkan defenisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.

B.     Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
            Sejarah perkembangan kesehatan mental pertama kali itu pada jaman nenek moyang yang mengalami gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri . Mereka mengalami kecelakaan dan demam yang merusak mental . Jadilah manusia yang dengan rasa putus asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang penyakit mental . Dengan kesehatan mental ini kita dapat bandingkan dengan mata uang yang mempunyai dua sisi yang di sisi satunya sakit dan yang di sisi satunya lagi baik . Di sisi ini dapat dilihat kemungkinan di kedua sisi itu kira kira 50:50 .

            Perlu diketahui disini sejarah tercatat melaporkan berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental dan cara menghilangkannya. Hal ini disebabkan oleh dua alasan , yaitu (1) Sifat dari masalah yang disebabkan oleh tingkah laku abnormal membuatnya menjadi merasa ketakutan. (2) Perkembangan semua ilmu pengetahuan begitu lambat , dan banyak kemajuan yang sangat penting. Pada masa awal awal orang yang sakit mental dapat dipahami secara seluruh sering diperlakukan dengan kurang baik. Di jaman prasejarah pun manusia purba sering kali mengalami gangguan mental baik fisik maupun gangguan gangguan yang baik. Di jaman prasejarah ini juga terdapat perawatan-perawatan untuk penyakit gangguan mental yaitu : menggosok,menjilat,mengisap dan memotong.

            Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karna masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-hari hiduo bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa bukan lagi sebagai gangguan.

Gangguan mental Tidak Dianggap Sebagai Sakit
            Pada tahun 1600 dan sebelumnya , orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan menjalani ritual penebusan dan penyucian. Pandangan terhadap masyarakat ini menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah karna mereka dimasuki oleh roh-roh yang ada disekitarnya.

            Sejarah kesehatan mental merupakan cerminan dimana pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia Barat antara lain :
- Akibat kekuatan supranatural
- Dirasuk oleh roh atau setan
- Dianggap kriminal karna memiliki derajad kebinatangan yang lebih besar
- Dianggap sakit



            Tahun 1692 mendapatkan suatu pengaruh para imigran dari Eropa yang beragama Nasrani, di Amerika orang yang bergangguan mental saat itu sering dianggap terkena shir atau guna-guna. Ini merupakan penjelasan yang diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir.

Gangguan Mental Dianggap Sebagai Sakit
Tahun 1724 pendeta Cotton Mather (1663-1728) mematahkan takhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri.

Tahun 1812 , Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah satu yang menangani masalah penanganan secara mental. Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul menangani pasien sakit jiwa. Pada masa ini tumbuh penanganan dirumah sakit jiwa merupakan hal ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. 

Melawan Diskriminasi Terhadap Gangguan Mental
Dunia medis memberikan pandangan tersendiri terhadap pemahaman mengenai gangguan mental. Dunia medis memandang penderita gangguan mental sebagai betul mengalami sakit. Dunia medis melihat sakit mental sebagai berakar dari sakit ketubuhan terutama otak.

Ilmu perilaku yang semakin berkembang juga memberikan pemahaman tersendiri mengenai gangguan mental. Berdasarkan pandangan ini penderita gangguan mental dimaknai sebagai ketidakmampuan mereka untuk melakukan penyesuaian diri yang sesuai dengan realitanya.




C.    Pendekatan Kesehatan Mental

Orientasi dan Indikator Kesehatan Mental
Kesehatan mental memiliki beberapa orientasi dan indikator, diantaranya:
1. Orientasi Kesehatan Mental
a. Orientasi klasik, menurut aliran ini seseorang dinyatakan sehat mentalnya apabila ia tidak mempunyai keluhan-keluhan tertentu seperti cemas, tegang, dan sebagainya, dimana semua keluhan itu menimbulkan perasaan sakit.
b. Orientasi pada aspek penyesuaian diri (adjusment), menurut aliran ini seseorang dinyatakan sehat apabila ia mampu menyesuaikan dirinya secara aktif, efektif dan menyenangkan sesuai dengan tuntutan realitas sekitarnya sesuai dengan skala ukuran yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.
c. Orientasi pada aspek pengembangan potensi, menurut aliran ini seseorang dinyatakan sehat apabila ia mampu mengembangkan potensi-potensinya ditengah masyarakat dimana ia tinggal.
d. Orientasi pada aspek intra psikis atau agama, menurut aliran ini seseorang dianggap sehat apabila ia mampu memilih apa yang dianggap baik dan menolak apa yang dianggapnya buruk berdasarkan pedoman normatif sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
2. Indikator Kesehatan Mental
Kesehatan mental dan kondisi normalitas kejiwaan seseorang adalah kondisi kesejahteraan emosional kejiwaan seseorang, pengertian ini berasumsikan bahwa pada prinsipnya manusia itu dalam kondisi sehat. Atkinson menyebutkan ada enam indikator normalitas kejiwaan seseorang yaitu:
·         Persepsi realitas yang efisien, yaitu individu cukup realistik dalam menilai kemampuannya dan dalam menginterpretasi terhadap dunia sekitarnya ia tidak terus-menerus berpikir negatif terhadap orang lain serta tidak berlebihan dalam memuja diri sendiri.
·         Mengenal diri sendiri, yaitu individu memiliki kesadaran dalam motif dan perasaannya sendiri.
·         Kemampuan untuk mengendalikan perilaku secara sadar.
·         Harga diri dan penerimaan yaitu penyesuaian diri sangat ditentukan oleh penilaian terhadp harga diri sendiri dan merasa diterima oleh orang sekitarnya, ia merasa nyaman bersama orang lain dan mampu beradaptasi dan mereaksi secara spontan dalam segala situasi sosial.
·         Kemampuan untuk membentuk ikatan kasih, individu yang normal dapat membentuk jalinan kasih yang erat serta mampu memuaskan orang lain dalam hal ini dia peka terhadap peasaan orang lain dan tidak menuntut yang berlebihn pada orng lain.
·         Produktifitas, individu yang baik adalah individu yang menyadari kemampuannya dan dapat diarahkan pada aktifitas produktif.
Sedangkan indikator kesehatan mental menurut Ahmad Farid yang menerapkan indikator kesehatan mental berdasarkan kepada agama adalah sebagai berikut:
·         Berfokus pada ahirat.
·         Tiada meninggalkan zikrullah
·         Selalu merindukan untuk beribadah kepada Allah swt.
·         Tujuan hidupnya hanya kepada Allah swt.
·         Khusyuk dan menegakkan solat.
·         Menghargai waktu dan tidak bahil harta.
·         Tidak berputus asa.
·         Mengutamakan kualitas perbuatan.
Zakiah Daradjat menetapkan indikator kesehatan mental dengan memasukkan unsur keimanan dan ketaqwaan. Menurutnya indikator kesehatan mental adalah sebagai berikut:
1. Terbebas dari gangguan penyakit jiwa.
2. Terwujudnya keserasian antara unsur-unsur kejiwaan.
3. Mempunyai kemampuan dalam menyesuaikan diri secara fleksibel dan menciptakan hubungan yang bermanfaat dan menyenangkan antar individu.
4. Mempunyai kemampuan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya serta memanfaatkannya untuk dirinya dan orang lain.
5. Beriman dan bertaqwa kepada Allah dan selalu berupaya merealisasikan tuntutan agama dalam kehidupan sehari-hari.




Hadits sebagai sumber kedua ajaran Islam sesudah al-Qur’an banyak pula menyinggung hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan mental. Hadits yang berhubungan dengan kesehatan mental adakalanya yang berkaitan dengan indikator kesehatan mental dan adakalanya yang berkaitan dengan psikoterapi, dan yang berkaitan dengan kesehatan mental. Yang berkaitan dengan indikator kesehatan mental, diantaranya:
1.      Rasa aman.
2.      Qanaah dan ridha menerima apa yang telah ditentukan Allah SWT kepadanya.
3.      Syukur dan sabar.
4.      Rasa tanggung jawab.


Daftar Pustaka:
Yustinus Semiun. OFM. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius
 
Siswanto. S. Psi. Msi. 2007. Kesehatan Mental,Konsep,Cakupan dan Perkembangan.        Yogyakarta : Andi.
Nasrudin, Endin. 2009. Psikologi Agama. Bandung: Qutub Production
      Mujib, Abdul & Mudzakir, Jusuf. 2001. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja            Grafindo Persada
      Jalaludin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 
      Jalaludin. 2003. Psikologi Agama “sebuah pengantar”. Bandung : Mizan Media Utama
      Ramayulis. 2002. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam mulia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar